Kamis, 25 September 2014

Review Dangerously Perfect

Shita Hapsari
GagasMedia, 2014
278 Halaman


Blurb

Berapa banyak orang yang dikagumi—sekaligus dibenci—karena obsesinya pada kesempurnaan? Tak banyak; aku adalah salah satunya.

Seseorang tidak boleh berpuas diri, aku sangat paham akan hal itu.
Akan kulakukan apa pun demi bertahan di posisi teratas, menjadi yang terbaik, dan berbahagia. Lagi pula, aku senang disegani—atau lebih tepatnya ditakuti.

That's perfect! 
Sebut aku ambisius jika kau mau.

Apakah ambisi mampu memudarkan cinta? Atau, bahkan mengundang kehadiran cinta lain? Aku tak percaya. Ambisi dan cinta dua hal berbeda, yang seharusnya saling melengkapi.

Namun, seseorang yang kusayangi diam-diam mengkhawatirkan hal itu. Cinta butuh hal lain agar tetap kekal, katanya. Dan, itu bukan sesuatu yang sempurna.

Diam-diam, aku jadi bertanya sendiri, apakah menjadi sempurna membuat kami tak searah lagi?

SEVEN DEADLY SINS adalah kompetisi menulis novel yang diadakan GagasMedia. Dalam kompetisi ini, penulis ditantang untuk menulis novel dengan karakter yang tidak sempurna dan memilih kekurangan tokoh utama dari tujuh dosa mematikan yang telah menjadi inspirasi bagi banyak penulis dan seniman. 

Wrath (amarah), lust (nafsu), gluttony (kerakusan), greed (keserakahan), sloth (kemalasan), envy (kecemburuan/iri hati), dan pride (kesombongan). Temukan “dosa” dari ketujuh dosa itu di naskah para pemenang kompetisi ini dan bersiaplah hanyut ke dalam dunia “ketidaksempurnaan”


***
"A selfless act. Apa, sih, perbuatan tanpa mementingkan diri sendiri itu?"

Dangerously Perfect bercerita mengenai Sasa seorang wanita karir yang memiliki ambisi sangat besar. Dia perfectionist dan dia tidak ingin dikalahkan oleh siapapun. Berbeda dengan Luluk suaminya yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai penulis lepas. Sasa sangat sibuk untuk mengejar obsesinya sehingga tidak peduli dengan keharmonisan rumah tangga mereka. Semenjak ia mengalami keguguran, ia kembali sibuk untuk kembali ke jenjang kariernya dan tidak mempedulikan luluk lagi.

"Nyamperin, kan, bukan berarti kamu merangkak kalah, Sa. Sekarang, kamu pilih gengsi atau cinta?"

Di kantornya Sasa berupaya untuk menjatuhkan kompetitornya yang merupakan anak baru. Niko salah satu anak baru di kantor Sasa memiliki pesona yang membuat Sasa yang tadinya tak mempedulikan namun lama kelamaan membutuhkan hadir Niko. Sementara ada orang lain yang sedang berusaha untuk menjatuhkan Sasa tanpa ia sadari.

Luluk yang semakin lama merasa hubungannya dengan Sasa merenggang, selalu berkonsultasi kepada sahabatnya yang bernama Dono melalui surel. Dan di kantornya pun Luluk menemukan kenyamaan baru kepada teman kantornya yang bernama Kristi karena Kristi dapat membantu memberikan nasehat kepadanya dan juga mempunyai hobi yang sama dengan Luluk.

Dihadapkan dengan semua pilihan yang ada, Sasa akhirnya harus memilih mana yang terpenting untuk hidupnya. Cintanya dengan Luluk atau obsesi pada kesempurnaannya dalam mencapai karier.

***
"No. People don’t change. People tolerate other people"

Dangerously Perfect ditulis menggunakan PoV 1 dan PoV 3. Dangerously Perfect merupakan salah satu judul dari seri 7 Deadly Sins yang diterbitkan oleh Gagas Media. Dangerously Perfect mengambil tema Pride atau dosa kesombongan.

Karakter Sasa yang dihadirkan dapat membuat pembaca ikut merasa kesal karena sifat serta sikapnya yang terlalu ingin merasa sempurna dan sombong akan kemampuannya dalam bekerja. Serta karakter Luluk yang sangat berbanding terbalik dengan Sasa membuat ceritanya semakin lengkap.

Namun karena dialognya menggunakan dialog ping pong, membuat aku sebagai pembaca agak sedikit bingung. Dan beberapa halaman di pertengahan sangat membosankan sehingga aku harus mengskip beberapa lembar halamannya.

Tetapi, novel ini sangat berhasil membawa tema tentang kesombongan. Konflik di dalamnya pun terasa nyata. Good Job buat kak Shita yang telah berhasil menuliskan cerita tentang kesombongan seorang Sasa (yang minta banget digetok kepalanya hehehe)





Rabu, 17 September 2014

Review Antologi Rasa

Ika Natassa
Gramedia Pustaka Utama, 2011
328 Halaman
Rp. 60.000


Blurb


Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?

K e a r a

Were both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe.
How can we be so different and feel so much alike, Rul?
Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, dan aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu.
Three years of my wasted life loving you.

R u l y

Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

H a r r i s

Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love."
Thats probably as close as I can get to hearing that she loves me.


***

Antologi Rasa bercerita tentang empat sahabat bernama Keara, Rully, Harris dan denise. Mereka bertiga bekerja sebagai banker dan mempunyai kronik pada perasaannya masing-masing. Harris yang mencintai Keara, Keara yang mencintai Rully, Rully yang cinta mati dengan Denise dan Denise yang sudah menikah dengan orang lain.

Harris seorang womanizer yang sangat mencintai Keara sejak pertemuan pertamanya di lift, dia selalu menyebut Keara dengan sebutan "Cinta Gue". Harris membuat persahabatannya dengan Keara hancur seketika karena suatu kejadian yang dialami mereka berdua di Singapore. Di saat Keara menemani dirinya untuk menonton pertandingan F1 di sana. Harris sangat berharap persahabatannya dengan Keara dapat kembali seperti dahulu dan Harris sangat menyesal.

"Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu." - Harris (hal. 33)

"We both get the glorious front seat of watching the one that we love somebody else." - Harris (hal. 248)

Keara, seorang perempuan yang suka clubbing, shopping, dan berganti-ganti pasangan ini sangat mencintai fotografi dan juga John Mayer. Keara diam-diam mencintai Rully sejak lama. Namun Keara tahu dia bukanlah sosok perempuan yang diidamkan dengan Rully. Ia berbeda dengan Denise yang cantik dan Lembut. Lalu bertemulah Keara dengan Panji di rumah sahabatnya yang bernama Dinda. Panji adalah adik ipar Dinda. Keara bermain-main dengan Panji, berharap perasaan dan pikirannya tentang Rully dapat hilang. Namun, Keara salah.

"Karena laki-laki yang gue banget itu semuanya anjing, Din" - Keara (hal. 25)

"Orang-orang sering bilang bahwa memaafkan itu lebih mudah daripada melupakan. But in this case between us, memaafkan saja aku sudah setengah mati rasanya dan belum bisa sampai sekarang, apalagi melupakan?"

Rully adalah seorang laki-laki pekerja keras dan baik. Dia mencintai Denise dengan sepenuh hati meskipun Denise telah memilih laki-laki lain untuk menjadi pendamping hidupnya. Dia selalu berusaha untuk tetap berada di sampingnya. Meskipun ia tahu bahwa Denise tidak akan menjadi miliknya karena Denise sangat mencintai suaminya.

***

Buku ini ditulis menggunakan PoV 1 dari semua tokoh di dalamnya. Ika Natassa menuliskan novel ini dengan gaya bahasa yang ceplas-ceplos dan apa adanya. Setting dalam novel ini terkesan nyata dan tidak dibuat-buat. Dan novel ini berhasil membuat saya sebagai pembaca merasakan pergejolakan perasaan saat membacanya.

Saya berhasil dibuat sedih ketika Harris, Keara dan Ruly menggambarkan perasaannya ketika melihat orang yang dia sayang tapi tidak bisa ia miliki. Saya pun dapat tertawa dan merasa geli saat seorang Harris yang menyebut kata "Cinta Gue" saat mendeskripsikan seorang Keara. Dapat merasakan kesedihan dan kecemburuan Ruly saat melihat Denise yang ditemani sang suami saat di rumah sakit. Bahkan ikut merasakan frustasi Harris yang kehilangan Keara sebagai sahabatnya. 

Dan quotes yang disisipkan kak Ika sangatlah keren. Membuat ceritanya semakin nyata dan realistis. Apalagi sekarang ini banyak kasus friendzone yang terjadi hehehe :p Novel ini sangan ter-rekomendasi untuk dibaca :) yang terakhir adalah, ada sebuah pertanyaan untuk kalian semua yang saya kutip dari novel ini

"What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?"

ada yang bisa menjawab? :)


Review Interlude;Selalu Ada Jeda Untuk Bahagia

Windry Ramadhina
GagasMedia, May 2014
380 Halaman
Rp. 58.000,-


Blurb

Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah
***

"Masa lalu seperti belenggu, memang. Mengikat. Terlalu mengikat, kadang. Seperti menjadi bagian baru di diri kita. Bagian baru yang membebani." (Hal. 254)

Interlude bercerita tentang Hannya seorang mahasiswi jurnalisme yang kembali berkuliah setelah setahun ia meninggalkannya. Hannya mengalami trauma akibat pemerkosaan yang menimpa dirinya. Hannya mendapat cemooh dan pandangan sinis dari teman-teman kuliahnya. Hannya menjadi pemurung dan sangat takut kepada laki-laki.

Hanna menyukai laut. Dan ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Kai (yang artinya laut) di atap indekosnya. Kai adalah seorang laki-laki brengsek yang sangat pandai. Ia pandai dalam hal akademik maupun permainan gitarnya. Kai sangat menyukai musik jazz. Melalui petikan gitarnya yang meneduhkan, Hanna mampu tersihir oleh alunan nada yang dihasilkan oleh Kai.

Kai mengira Hanna sama dengan perempuan lain yang malu-malu tapi mau. Tapi Kai salah. Setelah mengetahui hal yang pernah Hanna alami dari Gitta, Kai merasa menyesal dan ingin meminta maaf kepada Hanna. Kai menyukai bahkan mencintai Hanna. Dan Kai ingin Hanna mempercayainya kembali.

"Rasa tidak menjamin kebahagiaan." - Hanna (hal. 287)

***
Interlude ditulis dalam bentuk PoV ke-3. Berbeda dari tiga novel sebelumnya (atau bahkan lebih. Karena aku baru membaca Memori, London, Montase dan Interlude) kak Windry memberikan nuansa PoV 1 dan dalam novel Montase serta London melalui sudut pandang laki-laki. Dimana kak Windry berhasil membuat novel ini diketahui oleh pembaca dari pemikiran semua tokohnya. Pengenalan tokoh yang disajikannya pun tidak terlalu rumit. Ceritanya mengalir secara lembut sehingga pembaca dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami Hannya dan kekalutan yang dihadapi oleh Kai.

Aku selalu menyukai penjabaran yang kak Windry tulis. Tentang percintaan, masa lalu, masalah keluarga bahkan untuk ilmu-ilmu yang disisipkan dalam setiap paragrafnya. Untuk Interlude, kak Windry berhasil menambahkan ilmu musik Jazz yang sangat mengesankan.

Good Job untuk kak Windry dan Interludenya. Aku menunggu novel selanjutnya :D